Setelah penantian satu tahun, melanjutkan kisah fiksi fantasi The Hobbit karya J.R. Tolkien yang difilmkan menjadi sebuah trilogi, tepat di akhir tahun 2013 ini bagian kedua dari trilogi tersebut pun akhirnya dirilis di layar lebar.
Pada film The Hobbit: Unexpected Journey, kita dipaparkan mengenai pertemuan Bilbo Baggins dengan Gandalf The Grey beserta para kurcaci yang dipimpim oleh Thorin Oakenshield dan bagaimana Bilbo bisa memiliki The One Ring yang merupakan cincin milik Sauron. Dan tentu saja kisah tersebut akan berlanjut di film kedua ini lewat The Hobbit: Desolation of Smaug.
Setelah berhasil lolos dari kejaran Orc, Bilbo dan kawanan kurcaci ini tetap melanjutkan perjalanan mereka menuju Erebor. Masalah demi masalah tetap menghantui perjalanan mereka mulai ketika mereka memasukki Hutan Mirkwood yang merupakan jalan pintas menuju Erebor, bertemu dengan para peri, Legolas, Tauriel, dan Thranduil sang raja kaum peri, serta para Orc kembali dan masih mengejar jejak mereka sepanjang perjalanan. Berhasilkah kawanan kurcaci ini beserta Bilbo mencapai tujuan mereka—Erebor—dan menemukan jalan untuk bisa merebut kembali kerajaan para kurcaci tersebut dari kuasa naga mengerikan Smaug?
Tawarkan Lebih Banyak Aksi!
Mungkin ada sebagian dari Anda ada yang menganggap bagian pertama dari trilogi The Hobbit ini terkesan membosankan dan terlalu bertele-tele. Namun tidak untuk The Hobbit: Desolation of Smaug ini.Masih menawarkan kualitas visualisasi serta CG yang indah serta didukung oleh lokasi syuting yang mengesankan, The Hobbit: Desolation of Smaug ini lebih menyajikan ragam konflik yang didukung dengan aksi pertempuran dan baku hantam, terutama dengan dengan para Orc yang berporsi lebih banyak jika dibandingkan dengan film pertamanya. Kali ini, walau peran kaum elf didominasi oleh Legolas dan Tauriel, adegan pertempuran yang disajikan tetap dikemas menarik, menghibur hingga mampu membuat Anda menahan nafas saat menyaksikannya.
Sayangnya, porsi adegan pertarungan yang lebih banyak ini harus diimbangi dengan porsi dialog yang lebih sedikit, pengenalan tokoh yang cenderung ala kadarnya serta tak seimbang satu dengan yang lainnya, juga alur naik-turun. Jika Anda tidak membaca buku aslinya atau minimal mengikuti film pertama dari trilogi The Hobbit ini, kemungkinan besar Anda akan mengalami kebingungan akan apa yang terjadi sebelumnya karena kurang mendalamnya tiga aspek tersebut di dalam film ini. Walau begitu, alur cerita dan interaksi para tokoh yang ditawarkan tetap mampu membuat rasa penasaran akan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Film The Hobbit: Desolation of Smaug ini menawarkan apa yang belum sempat disajikan di dalam film pertamanya dan hasilnya dapat dibilang cukup memuaskan hasrat mereka yang sudah menantikan film adaptasi karya J.R. Tolkien tersebut. Jika Anda berniat untuk menonton film yang satu ini, pastikan untuk menontonnya dalam format 3D atau IMAX untuk menikmati keseruan yang hadir dalam The Hobbit: Desolation of Smaug dengan lebih maksimal!
Posting Komentar - Back to Content